OMG, Terjebak Dalam Grup “Mahmud”!

OMG, Terjebak Dalam Grup “Mahmud”!
kolomaktual.Beberapa pemberitahuan di handphone muncul, beruntun, dan membuat pemberitahuan yang lebih penting tertimbun. Saya tidak mengatakan pemberitahuan dari grup obrolan yang berisikan mamah-mamah muda itu tidak penting, tapi memang masalah dari kata-kata tidak menarik seperti saat bergabung di awal.

Ceritanya, awal 2018, dengan dada membusung dan penuh percaya diri, saya memutuskan untuk bergabung dalam grup ‘Mahmud’. Grup yang terdiri dari kawan-kawan perempuan saat kuliah di jurusan Arsitek dulu. Namanya juga mamah muda, jelas anggotanya adalah mereka yang sudah punya anak, sedang hamil, bahkan yang berencana hamil.

Sesuai kesepakatan saya dan suami, setelah menikah kami takkan menunda-nunda memiliki momongan. Mau diberi sekarang ya Alhamdulillah, mau dikasih nanti ya tetep mintanya sekarang aja deh. Yah namanya juga orang yang melihat orang di Indonesia tercinta ini, nikmat lagi yang sanggup kau dustakan, eh?

Pertama kali bergabung dalam grup ‘Mahmud’, respons anggotanya begitu hangat. Sebagai manten anyar dan belum hamil, saya melakukan mereka agar-agar agar cepat dicantumkan jabang bayi. Senangnya dalam hati sekaligus bisa berfantasi, jika memiliki bayi perempuan, rambuteringnya akan dikuncir dengan pita warna-warni dan wajah bulatnya ditaburi bedak setebalpanjang skripsi.

Sungguh, kompilasi itu muncul perasaan bahagia dan bersyukur dapat disatukan secara virtual dengan para mamah muda sama perkembangan anak-anak mereka. Beberapa bulan berjalan, anggota grup juga bertambah. Kawan-kawan yang baru saja menikah mulai merapat. Satu demi satu, anggota yang baru saja masuk mengabarkan bahwa ada yang lain pada alat tes kehamilan.

Hari terus berganti, uban di kepala Pak Ganjar Pranowo pun kian tambah, dan saya masih belum hamil. Namun, interaksi anggota grup ‘Mahmud’ terus bergemuruh. Di situ, timbul perasaan bagaimana rasanya menjadi minoritas. Ya sudah ada dalam hal opini. Grup ini seakan menjadi semacam ‘perlombaan’ dulu-duluan hamil atau adu lucu menyanyi agar anak-anak naik kelas ke level agama.

Dan, seperti yang sudah terjadi di dalam negeri ini yang terdengar, yang berarti menjadi standar prestasi. Dalam ilmu sosial, kontrasepsi, eh kontradiksi pemahaman yang menjadi salah satu pemicu kecemburuan sosial. Sama-sama di grup chat , saya dan mungkin mamah-mamah orang lain yang belum juga hamil, merasakan itu.

Kalau dianalogikan barangkali seperti perasaan Prabowo melihat elektabilitas Jokowi yang masih tinggi jelang pilpres. Rasanya … yah gak tahulah, tanya sendiri aja sama Om Prabs! Intinya, grup obrolan mamah-mamah muda itu semakin tidak menarik. Mungkin begitu juga kali ya, perasaan kaum tua di negara yang lebih ‘mendengar’ suara. Terlihat bernegara menjadi tidak menarik lagi.

Langkah pertama adalah mengatur mode bisu . Obrolan yang masuk tak pernah dibaca. Sesekali dibaca hanya jumlah demi sedikit notifikasi tanpa perlu tahu isi percakapannya. Saya cuma tidak mau menginjeksi hal ini dengan hal-hal yang bahkan tak bisa ditanggapi. Semisal, pembahasan tentang menu-menu Makanan Pendukung ASI alias MPASI dan snack-snack impor khusus bayi yang aman dikonsumsi anak.

Terus, kalau saya nimbrung dan berbagi tentang merek camilan favorit saya sendiri, gimana? Terdengar sangat egois nan arogan, bukan? Minoritas kok arogan, kebalik kalee…Atau, saat para ‘Mahmud’ sedang bertukar kisah suami-suami. Sekarang mereka sedang hamil. Ada yang dielus perutnya orang tidur sampai ada yang dibelikan makanan oleh mereka di tengah malam saat sedang sedang puncak-puncaknya ngidam!

Terus, kalau saya bercanda bilang itu hanya fiksi atau fiktif belaka, gimana? Selama beberapa waktu, di sebuah resepsi pernikahan, seorang teman mengajak ngobrol saat itu, gigi ini sedang menggigit sate dari tusuknya. Awalnya, obrolan kami biasa saja, kabar baik dan kerjaan. Tapi kemudian, ia menanyakan rotasi di grup ‘Mahmud’. Kebetulan, ia juga merupakan anggota grup dan belum ada tanda-tanda kehamilan. Di situ, saya baru sadar bahwa orang lain juga menyerap hal yang sama.

Merasa ADA Yang senasib, Harusnya Kami can card center saling curhat. Tapi barangkali sifat sok bijih saya tak bisa ditutup-tutupi, aihh… Saat itu, saya hanya tersenyum maniz dan mengatakan buang untuk tak terlalu memikirkannya. Yah, ambil sisi positifnya saja dari cerita-cerita mereka, anggap saja nambah-nambah wawasan sebelum benar-benar hamil dan melahirkan kelak.

Memang sih, terjebak di dalam grup ‘Mahmud’ sangat dilematis. Kehendak manusia dan rencana Tuhan belum tentu bersambut. Tapi di dalam hati, jika diizinkan, saya memilih untuk keluar sementara dari grup, sambil sedikit menitipkan pesan…

Comments

Popular posts from this blog

Presiden Rusia, Vladimir Putin Dilantik Untuk Keempat Kalinya

Prabowo Subianto: Negara Kita Ekonomi Rapuh, Sangat Kritis, tapi Elite Tidak Mau Mengakui